AMPAS BIR DALAM PENGEMBANGAN PETERNAKAN
DI INDONESIA
Adijaya Tangkas
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penduduk Indonesia
setiap tahun terus bertambah. Menurut data sensus terakhir jumlah penduduk Indonesia
202 juta jiwa. Jumlah penduduk yang besar akan menyebabkan kebutuhan pangan
asal ternak semakin meningkat. Untuk lebih jelas data produksi daging sapi dan
kebutuhan daging unggas adalah sebagai berikut :
Tabel 1.
Produksi Daging Sapi dan Konsumsi Daging Ayam Broiler
No
|
Tahun
|
Produksi
Daging Sapi
(000
MT)*
|
Kebutuhan
Daging Unggas
(kg/kapita/tahun)**
|
1
|
2001
|
1.128
|
1.73
|
2
|
2002
|
1.193
|
-
|
3
|
2003
|
1.445
|
2.30
|
4
|
2004
|
1.451
|
2.53
|
5
|
2005
|
-
|
3.70
|
Dari tabel di atas tampak bahwa baik produksi daging
sapi maupun kebutuhan daging unggas dari tahun ke tahun terus meningkat. Kemungkinan
kondisi ini akan terus berlanjut seiring dengan kondisi ekonomi yang semakin
baik. Bahkan untuk konsumsi daging unggas diproyeksikan dua kali lipat pada
tahun 2005 dibandingkan dengan tahun
1998. Keadaan ini memberikan peluang yang sangat
besar bagi dunia perunggasan. Fenomena tersebut dirasakan dengan banyak
berdirinya perusahaan peternakan, penggemukan sapi potong dan unggas baik untuk
skala usaha besar maupun kecil.
Produktifitas sapi dipengaruhi antara lain oleh pakan
yang dikonsumsinya. Dimaayarakat pedesaan, ternak masih dipelihara dengan cara
tradisional dengan pakan seadanya. Pada saat musim kemarau panjang, peternak
kesulitan mendapatkan pakan hijauan yang berkualitas baik. Dalam kondisi seperti itu, sebenarnya konsentrat
memegang peranan penting untuk peningkatan produktifitas ternak.
Masalah
utama pengembangan usaha ternak di daerah tropis pada umumnya terletak pada
penyediaan pakan hijauan yang tidak dapat diandalkan, baik secara kualitas,
kuantitas dan kontiyunitas. Hijauan
memiliki kandungan protein kasar dan nilai kecernaan sangat rendah. Pada musim
kemarau yang panjang atau lebih dari 6 bulan dalam setahun menyebabkan
ketersediaan hijauan selama musim tersebut menjadi sangat sulit diandalkan. Selain
itu, pemeliharaan yang masih dilakukan secara traditional menjadi penyebab
rendahnya produktifitas ternak yang dipelihara masyarakat.
Banyak
berdirinya perusahaan ternak, ternyata tidak diimbangi dengan ketersediaan
bahan pakan yang mencukupi. Kenyataan ini mengakibatkan masih diimpornya bahan
pakan. Hal ini diakibatkan karena terjadi krisis ekonomi yang parah akibat
kondisi politik yang tidak stabil. Sebenarnya impor bahan pakan dapat dikurangi
atau mungkin tidak sama sekali, bila kita mampu memanfaatkan sumber daya yang
ada, misalkan dengan memanfaatkan ampas bir. Pada hakekatnya pemanfaatan hasil
ikutan merupakan pendaurulangan sumber daya alam sehingga dapat lebih bermanfaat
bagi penanggulangan kelangkaan pakan.
Ketersediaan
hasil ikutan jumlahnya cukup melimpah dan terkonsentrasi di daerah tertentu, seperti
halnya di daerah Jawa Barat hanya terdapat pada kota-kota tertentu yaitu Bogor,
Bandung dan Sumedang. Peternak di daerah tersebut dapat memanfaatkan ampas bir
tersebut untuk makanan ternaknya. Walaupun harganya sangat tergantung pada
jarak, kandungan bahan kering dan alternatif penggunaannya.
1.2 Issue
Pokok
Bir dibuat dari bahan baku gandum, beras dan jagung.Ampas bir cukup
disukai ternak, secara kualitatif tepung ampas bir dapat diuji dengan
menggunakan bulk density ataupun uji apung. Selain itu uji organoleptik seperti
tekstur rasa, warna dan bau dapat dipakai untuk mengetahui kualitas ampas bir
yang baik. Secara kuantitatif untuk mengetahui kualitas ampas bir, analisis PK
dan SK perlu dilakukan.
1.3 Tujuan
Tujuan
dari ampas bir adalah :
- Alternative pakan tambahan bagi ternak yang masih banyak menganduk zat makanan yang bermanfaat
- Pemanfaatan limbah yang tidak terpakai menjadi pakan tambahan
1.4 Manfaat
Limbah dari hasil industri pembuatan bir (ampas bir)
merupakan salah satu alternative bahan pakan ternak yang masih mengandung protein
tinggi. Pemanfaatan ampas bir
diharapkan akan dapat menggantikan peran konsentrat dalam pakan ternak
ruminansia. Seberapa besar produktifitas dan keuntungan ekonomis yang diperoleh
dengan system pemeliharaan feedlot menggunakan bahan pakan tersebut.
BAB II
PERANAN
2.1 Deskriptif
Masalah utama pengembangan usaha ternak di daerah
tropis pada umumnya terletak pada penyediaan pakan hijauan yang tidak dapat
diandalkan, baik secara kualitas maupun kuantitas. Ampas bir merupakan hasil ikutan
dari proses pembuatan bir yang banyak terdapat di Indonesia . Oleh karena itu untuk
menghasilkan ampas bir tidak terlepas dari proses pembuatan bir.
Ditinjau dari komposisi kimianya ampas bir dapat
digunakan sebagai sumber protein. Korossi (1982) menyatakan bahwa ampas bir lebih
tinggi kualitasnya dibandingkan dengan ampas tahu. Sedangkan Pulungan, dkk.
(1985) melaporkan bahwa ampas bir mengandung NDF, ADF yang rendah sedangkan
presentase protein tinggi yang menunjukkan ampas bir berkualitas tinggi, tetapi
mengandung bahan kering rendah. Komposisi zat gizi ampas bir dapat dilihat pada
Tabel 3.
Tabel 2. Komposisi Zat-zat Makanan Ampas
bir
Bahan
|
BK (%)
|
Prk (%)
|
SK (%)
|
LK (%)
|
NDF (%)
|
ADF (%)
|
Abu (%)
|
Ca (%)
|
P
(%)
|
Eb (Kkal)
|
Ampas Bir
|
13.3
|
21.0
|
23.58
|
10.49
|
51.93
|
25.63
|
2.96
|
0.53
|
0.24
|
4730
|
Ampas bir juga mengandung unsur-unsur mineral mikro
maupun makro yaitu untuk mikro; Fe 200-500 ppm, Mn 30-100 ppm, Cu 5-15 ppm, Co
kurang dari 1 ppm, Zn lebih dari 50 ppm (Sumardi dan Patuan, 1983). Di samping
memiliki kandungan zat gizi yang baik, ampas bir juga memiliki antinutrisi
berupa asam fitat yang akan mengganggu penyerapan mineral bervalensi 2 terutama
mineral Ca, Zn, Co, Mg, dan Cu, sehingga penggunaannya untuk unggas perlu
hati-hati (Cullison, 1978).
2.2 Kelebihan
Grain bir, Makan Bir juga disebut, adalah produk-oleh
dari produksi bir yang merupakan protein tingkat menengah (CP> 26%)
feedstuff digunakan dalam pakan hewan. Mereka adalah sumber yang sangat baik
berkualitas tinggi by-pass protein dan serat dicerna. Butir bir kering memiliki asam amino yang baik,
mineral dan vitamin B konten. Hal ini sangat cocok dan dapat digunakan dalam
berbagai ransum. butir bir kering adalah protein feedstuff tingkat menengah
digunakan dalam pakan hewan. Mereka adalah sumber yang sangat baik berkualitas
tinggi by-pass protein dan serat dicerna. Butir bir kering memiliki asam amino
yang baik, mineral dan vitamin B konten.
2.3 Kelemahan
Meskipun ampas bir merupakan salah satu pakan
tambahan yang mempunyai nilai gizi yang tinggi tapi penggunaan ampas bir yang
berlebihan akan menyebabkan pengaruh negative pada ternak. Biasanya penggunaan
yang berlebihan akan mengakibatkan ganguan pencernaan pada ternak ruminansia
dan stress pada ternak non ruminansia.
2.4 Peranan
Surtleff dan Aoyagi (1979) melaporkan bahwa
penggunaan ampas bir sangat baik digunakan sebagai ransum ternak sapi perah. Di
Jawa Barat ampas bir telah banyak dan sudah biasa digunakan oleh peternak sebagai
makanan ternak sapi potong untuk proses penggemukan. Di Taiwan ampas tahu
digunakan sebagai pakan sapi perah mencapai 2-5 kg per ekor per hari (Heng-Chu,
2004), sedangkan di Jepang penggunaan ampas tahu untuk pakan ternak terutama
sapi dan babi dapat mencapai 70% (Amaha, et al., 1996).
Penelitian telah dilakukan pada domba oleh Pulungan,
dkk., (1984), di mana ternak percobaannya diberi ransum perlakuan (A) rumput lapangan
(ad libitum), (B) rumput lapangan (ad libitum) + ampas bir 1,25% BB, (C) rumput
lapangan (ad libitum) + ampas tahu 2,5% BB, (D) rumput lapangan (ad libitum) +
ampas bir (ad libitum). Hasil yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa domba
yang mendapat rumput berkualitas rendah, ampas bir dapat diberikan sebagai
ransum penggemukan dan dapat diberikan secara tak terbatas.
Knipscheer et al. (1983) melakukan penelitian pada
kambing dan menyimpulkan bahwa pemberian ampas tahu dapat memberikan keuntungan
dalam usaha peternakan kambing atau domba yang dipelihara secara intensif.
Ampas tahu merupakan sumber protein yang mudah
terdegradasi di dalam rumen (Suryahadi, 1990) dengan laju degradasi sebesar
9,8% per jam dan rataan kecepatan produksi N-amonia nettonya sebesar 0,677 mM
per jam (Sutardi, 1983). Penggunaan protein ampas tahu diharapkan akan lebih
tinggi bila dilindungi dari degradasi dalam rumen (Suryahadi, 1990).
Penelitian yang dilakukan Karimullan (1991)
menunjukkan bahwa perlindungan ampas tahu dengan tanin menurunkan kadar amonia
cairan rumen, hal ini berarti bahwa pemanfaatan protein ampas tahu dapat secara
langsung digunakan oleh induk semang tanpa mengalami degradasi oleh mikroba
rumen (protein by pass). Namun demikian perlindungan ini juga menyebabkan kadar
VFA menurun dan diikuti pula dengan penurunan bakteri dan protozoa rumen.
Kemungkinan besar karena pasokan nutrien ampas tahu, begitu pula dengan
protozoa tidak cukup suplai bakteri dan nutriennya bagi kebutuhan untuk pertumbuhannya
akibat perlindungan ampas tahu tersebut oleh tannin gambir.
2.5 Strategi
Penggunaan ampas bir sangat berguna sebagai pakan
tambahan, dimana dari ampas bir ini peternak tidak perlu khawatir dengan harga
pakan tambahan yang tinggi. Hal ini sebagai alternative pengganti bungkil dan
bahan pakan lain yang dapat digantikan oleh ampas bir.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
Dari studi literatur yang dilanjutkan dengan hasil
pembahasan maka dapat ditarik beberapa kesimpulan :
- Ampas bir memiliki nilai nutrisi yang baik dan digolongkan ke dalam bahan pakan sebagai sumber protein.
- Ampas bir apabila diolah dan diawetkan, baik secara kering maupun secara basah dapat dimanfaatkan dan disimpan dalam waktu yang cukup lama.
- Ampas bir digunakan sebagai ransum memberikan pengaruh yang baik terhadap performans ternak ruminansia.
- Ampas bir apabila diproteksi dengan tannin dalam rumen akan tanah terhadap degradasi, hal ini dicerminkan dengan menurunnya konsentrasi VFA NH3, bakteri, dan protozoa rumen.
3.2 Saran
Perlu ada penelitian lebih lanjut tentang pemanfaatan
limbah ampas bir dalam penggunaan ampas bir sebagai bahan pakan tambahan bagi
ternak.
DAFTAR PUSTAKA
Amaha, K., Y. Sasahi, and T. Segawa. 1996. Utilization of
Tofu (Soybean Curd) By-Product as Feed for Cattle. http// www.agnet.org. Arianto, B.D. 1983. Pengaruh
Tingkat Pemberian Ampas bir Sebagai terhadap Potongan Karkas Komersial Broiler
Betina Strain Hybro umur 6 Minggu. Karya Ilmiah. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian
Bogor .
Badan Pusat
Statistik. 2002. Statistik Peternakan, Jakarta. http//www.bps. CuIlison, E.A.
1978. Feeds and Feeding. Prentice Hall of India Private Limited. New
Dehli.
Dinas Peternakan Propinsi Jawa Barat. 1999. Uji Coba
Pembuatan Silase Ampas bir. Brosur. Fardiaz, D dan Markakis. 1981. Degradation
of Phytic Acid -in Oncom (Fermented Peanut Press Cake). J. Food. Sci. 46:523.
IMALOSITA-IPB. 1981. Studi Pemanfaatan Limbah bir.
Fakultas Teknologi Pertanian Bogor , Bogor .
Karimullah. 1991. Penggunaan Ampas bir dengan Gambir
Sebagai Pelindung Degradasi Protein Untuk Bahan Baku Pellet Ransum Komplit
Ditinjau Berdasarkan Metabolisme dan Populasi Mikroba Rumen. Karya Ilmiah.
lnstitut Pertanian Bogor.
Robards and L.G. Packlam. Prabowo, A., D. Samaih dan M. Rangkuti. 1993. Pemanfaatan ampas bir sebagai
makanan tambahan dalam usaha penggemukan domba potong. Proceeding Seminar 1983.
Lembaga Kimia Nasional-LIPI, Bandung .
Pulungan, H., J.E. Van Eys, dan M. Rangkuti. 1984.
Penggunaan ampas bir sebagai makanan tambahan pada domba lepas sapih yang memperoleh
rumput lapangan. Balai Perielitian Ternak, Sogor. 1(7): 331-335.
Kerley, M.S., 2000. Feeding For Enhancing
Rumen Function. Departement of Animal Sciences, University
of Missouri – Columbia , USA .
Bahan diambil dari Internet.
Sampath, K.T., 1990. Rumen
Degradable Protein And Undegradable Crude Protein Content of Feeds and Fooders-
A Review. Indian j.dairy.Sci.
43 :1-10.
Teleni, E., Campbell , R.S.F. and Hoffmann,D., 1993.
Draught Animal Systems And Management: An Indonesia study. ACIAR Monograph
No.19. Printed by Price Printers, Canberra ,
Australia .