Kamis, 08 Desember 2011

PERBANDINGAN PERFORMANCE PADA BROILER DENGAN MENGGUNAKAN ALAS LITTER SEKAM PADI DAN SERBUK GERGAJI


PERBANDINGAN PERFORMANCE PADA BROILER DENGAN MENGGUNAKAN ALAS LITTER SEKAM PADI DAN
SERBUK GERGAJI
( Laporan Praktikum Manajemen Usaha Ternak Unggas )














Oleh :

I. MADE ADI JAYA
0614061038










JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2009
LEMBAR PENGESAHAN



Judul Praktikum                        : Perbandingan Performance Pada Broiler Dengan
  Menggunakan Alas Litter Sekam Padi dan Serbuk
  Gergaji
Tanggal Praktikum                    : 11 November – 19 November 2009
Tempat Praktikum                    : Kandang Jurusan Peternakan, Universitas Lampung
Nama                                       : I. MADE ADI JAYA
NPM                                       : 0614061038
Jurusan                                     : Peternakan
Fakultas                                   : Pertanian
Kelompok                                : IV (empat)






Bandar Lampung, 1 Desember 2009
                                                                         Mengetahui
                                                                          Dosen Pembimbing


                                                                             Ir. Khaira Nova,M.P.
                                                  NIP :






DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN.........................................................................  i
KATA PENGANTAR…………………………………………………….  ii
DAFTAR ISI.................................................................................................iii
I. PENDAHULUAN..................................................................................... 1
   1.1 Latar Belakang………………………………………………………..  1
   1.2 Tujuan………………………………………………………………...  3
II. TINJAUAN PUSTAKA………………………………………………..  4
III. BAHAN DAN METODE PRAKTIKUM…………………………… 10
3.1 Alat dan Bahan………………………………………………………..  10              3.1.1 Persiapan Pemeliharaan Broiler………………………………  10       
3.1.2 Pemeliharaan Broiler Pada Fase Starter……………………….........10
            3.1.3 Pemeliharaan Broiler Minggu ke II………………………..…     10
3.1.4 Pemeliharaan Broiler Minggu ke III………………………….     11
3.1.5 Pemeliharaan Broiler Minggu ke IV…………………………      11 
            3.1.6 Penanganan Ayam Saat Dipanen…………………………….     11

   3.2 Cara Kerja……………………………………………………………..11
            3.2.1 Persiapan Pemeliharaan Broiler………………………………    11
            3.2.2 Pemeliharaan Broiler Pada Fase Starter……………………...     12
            3.2.3 Pemeliharaan Broiler Mingu ke II……………………………     12
            3.2.4 Pemeliharaan Broiler Minggu ke III………………………….     12
            3.2.5 Pemeliharaan Broiler Minggu ke IV…………………………. 12           
3.2.6. Penanganan Ayam Saat Dipanen…………………………….    13
IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN……………………14
4.1 Hasil ………………………………………………………………….  14
4.3 Pembahasan……………………………………………………………16
V. KESIMPULAN.........................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................  .20
LAMPIRAN................................................................................................... 21




 BAB I
PENDAHULUAN


1.1  Latar Belakang

Istilah broiler pada ayam yang biasa dipakai untuk menyebut ayam hasil budidaya teknologi peternakan yang memiliki karakteristik ekonomis dengan ciri yang khas antara lain pertumbuhannya cepat, sebagai penghasil daging dengan konversi  makanan rendah dan siap dipotong pada usia yang relatif muda ( Priyatno, 2000). Ternak unggas merupakan ternak yang mempunyai potensi tinggi untuk dikembangkan karena produknya quick yielding (cepat menghasilkan) dan mengandung nilai gizi yang tinggi., performans yang baik akan tampak apabila factor genetic dan lingkungan juga baik.

Ayam pedaging misalnya disebut demikian karena menghasilkan daging yang banyak. Ayam broiler adalah jenis ayam baik jantan maupun betina yang berumur dibawah 8 minggu dan dipelihara secara intensif guna memperoleh produksi daging secara optimal. Secara genetic, ayam broiler sengaja diciptakan sedemikian rupa sehingga dalam waktu yang relatif singkat dapat segera menghasilkan produk yang dikehendaki. Bahkan, sekarang ini peternak mulai menjual hasil ternaknya pada umur 21 hari, jauh lebih awal dari ketentuan yang ada. Hal ini disebabkan karena untuk memenuhi selera konsumen. Ayam broiler di Indonesia baru dikenal pada periode 1980-an meskipun galur murninya telah diketahui pada tahun 1960-an ketika peternak mulai memeliharanya .

Broiler merupakan salah satu jenis ternak yang mempunyai kemampuan yang tinggi dalam mengonversikan ransum yang dikonsumsinya menjadi daging.  Produktivitas broiler dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan. Lingkungan memberikan pengaruh terbesar (70%) dalam menentukan performan ternak, sedangkan faktor genetik 30%.

Indonesia merupakan negara beriklim tropis. Perbedaan suhu antara siang dan malam hari cukup tinggi berkisar antara 3 – 5° C dengan kisaran suhu 26 – 32° C, sedangkan suhu optimal untuk pemeliharaan broiler agar dapat berproduksi dengan baik adalah 21 – 22° C (North dan Bell, 1990). Menurut Rao, Nagalashmi, dan Redy (2002) pemeliharaan unggas di negara-negara tropis, suhu lingkungan merupakan stressor utama dengan kisaran suhu yang luas dari 5 sampai 35—43 °C untuk waktu yang lama.  Suhu ideal pada pemeliharaan broiler untuk mencapai bobot tubuh optimal 10—22 °C dan untuk efisiensi ransum 15—27 ° C. 

Tingginya suhu lingkungan di Indonesia merupakan salah satu masalah dalam pencapaian performans broiler yang optimal.  Pada suhu yang tinggi, broiler akan mengalami stres, yang akan mempengaruhi penurunan konsumsi ransum sehingga terjadi penurunan bobot tubuh. Broiler mengalami stres karena panas proses metabolisme setelah mengonsumsi ransum dan panas tambahan karena suhu lingkungan yang tinggi sehingga broiler akan banyak mengonsumsi air minum. Oleh karena tingginya suhu lingkungan  di Indonesia, perlu dilakukan manipulasi untuk mengimbangi feed intake yang kurang optimal pada siang hari yang suhunya tinggi dan melakukan pemberian ransum saat suhu lingkungan mulai turun pada malam hari.

Menurut Rao, Nagalashmi, dan Redy (2002) selama cuaca panas, unggas harus dijauhkan dari ransum sementara karena suhu akan meningkat dan mencapai puncaknya.  Pemberian ransum pada jam-jam awal dan akhir dari hari terang akan membantu mengurangi kematian pada broiler.

Oleh sebab itu, diperlukan suatu kajian yang mendalam tentang hal ini agar produksi  broiler lebih optimal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pembagian persentase pemberian ransum pada siang hari dan malam hari dan mengetahui level pembagian persentase pemberian ransum pada siang dan malam hari yang terbaik terhadap produksi broiler.


1.2  Tujuan Praktikum

Praktikum ini dilakukan bertujuan, antara lain :
-         Agar mahasiswa dapat mengerti apa yang harus dilakukan pada saat awal pemeliharaan sampai dengan akhir pemeliharaan broiler.
-         Agar mahasiswa dapat membedakan pertumbuhan broiler pada jenis litter yang berbeda.
-         Agar mahasiswa mengetahui hal-hal tentang pemeliharaan broiler sehingga dapat diterapkan di masyarakat























BAB II
TINJAUAN PUSTAKA


Keberhasilan dalam pemeliharaan broiler tidak terlepas dari faktor genetik dan faktor lingkungan. Faktor-faktor yang sangat berpengaruh terhadap hasil yang diperoleh meliputi breeding (bibit), perkandangan, feeding ( makanan/ransum ), dan manajemen ( termasuk didalamnya pemeliharaan, pencegahan dan pemberantasan penyakit, serta pemasaran ). Apabila peternak hanya menitik beratkan pada salah satu faktor saja, maka tidak akan tercapai hasil yang maksimal. Oleh karena itu, diperlukan pemeliharaan intensif yaitu penggunaan bibit unggul dan pemberian ransum yang baik serta tatalaksana pemeliharaan secara ketat.

Bibit.
Bibit merupakan faktor dasar atau genetik yang tidak dapat diabaikan. Keberhasilan ternak broiler sangat dipengaruhi oleh faktor bibit. Sebaiknya bibit yang digunakan adalah bibit unggul, yaitu bibit yang produktif, mempunyai daya produksi tinggi dan memiliki kecepatan tumbuh untuk mencapai bobot yang tinggi. Bibit DOC broiler yang baik sebaiknya diseleksi yang memiliki ciri-ciri mata yang cerah, bercahaya, aktif dan tampak segar. Selain itu anak ayam tidak memperlihatkan cacat fisik, kaki bengkok, mata bulat dan kelainan fisik lainnya yang mudah terlihat serta tidak ada lekatan tinja. ( AAK,1986)

DOC yang baik yaitu DOC yang bersih, kering, bebas dari deformitas (cacat tubuh), tidak terdapat kuning di pusar, tidak gemetar, tidak stress dan tertarik dengan kondisi lingkungan. (Epizianti, 2001). Anak ayam memperlihatkan mata yang cerah dan bercahaya, aktif serta tampak tegar, lincah, terlihat kuat, pusar menutup dengan baik., paruh terlihat baik dan kaki tidak cacat.(Sudaryani dan Samosir,2000).




Perkandangan
Kandang yang baik adalah kandang yang dapat memberikan rasa nyaman dan tentram bagi ayam dalam melakukan aktifitas produksi dan reproduksi. Oleh karena itu, kandang harus memenuhi persyaratan teknis yang dapat menjamin kelangsungan hidup ayam terutama di Indonesia yang beriklim tropis. Dinding kandang ada yang bersistim terbuka (open side wall house) atau bersistim tertutup (closed house). Menurut Rasyaf (1993) bangunan kandang yang baik adalah bangunan yang memenuhi persyaratan tekhnis sehingga berfungsi untuk :
  1. Menghindari gangguan binatang buas dan pencuri.
  2. Mempermudah penanganan ayam selama proses pemeliharaan berlangsung sehingga produktivitas broiler yang dipelihara tidak terganggu.
  3. menghindari ayam kontak langsung dengan unggas lain sebagai antisipasi terhadap terjadinya penyebaran penyakit.
  4. Melindungi ayam  dari lingkungan yang merugikan seperti terik ataupun kedinginan karena hujan.

Ransum
Untuk pertumbuhan dan keperluan hidupnya, ayam pedaging membutuhkan ransum yang mengandung unsur-unsur protein dan kandungan nutrisi lainnya ( Rasyaf, 2003). Bentuk fisik ransum dibagi menjadi 3 yaitu bentuk mash, crumble dan pellet.
Pakan merupakan 70% biaya pemeliharaan. Pakan yang diberikan harus memberikan zat pakan (nutrisi) yang dibutuhkan ayam, yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral, sehingga pertambahan berat badan perhari (Average Daily Gain/ADG) tinggi. Pemberian pakan dengan sistem ad libitum (selalu tersedia/tidak dibatasi).
Apabila menggunakan pakan dari pabrik, maka jenis pakan disesuaikan dengan tingkat pertumbuhan ayam, yang dibedakan menjadi 2 (dua) tahap. Tahap pertama disebut tahap pembesaran (umur 1 sampai 20 hari), yang harus mengandung kadar protein minimal 23%. Tahap kedua disebut penggemukan (umur diatas 20 hari), yang memakai pakan berkadar protein 20 %. Jenis pakan biasanya tertulis pada kemasannya. Penambahan POC NASA lewat air minum dengan dosis 1 - 2 cc/liter air minum memberikan berbagai nutrisi pakan dalam jumlah cukup untuk membantu pertumbuhan dan penggemukan ayam broiler. Dapat juga digunakan Viterna Plus sebagai suplemen khusus ternak dengan dosis 1 cc/liter air minum/hari, yang mempunyai kandungan nutrisi lebih banyak dan lengkap. Efisiensi pakan dinyatakan dalam perhitungan FCR (Feed Convertion Ratio).
Kualitas dan kuantitas pakan fase starter adalah sebagai berikut:
·        Kualitas atau kandungan zat gizi pakan terdiri dari protein 22-24%, lemak 2,5%, serat kasar 4%, Kalsium (Ca) 1%, Phospor (P) 0,7-0,9%, ME 2800-3500 Kcal.
·        Kuantitas pakan terbagi/digolongkan menjadi 4 (empat) golongan yaitu minggu pertama (umur 1-7 hari) 17 gram/hari/ekor, minggu kedua (umur 8-14 hari) 43 gram/hari/ekor, minggu ke-3 (umur 15-21 hari) 66 gram/hari/ekor dan minggu ke-4 (umur 22-29 hari) 91 gram/hari/ekor. Jadi jumlah pakan yang dibutuhkan tiap ekor sampai pada umur 4 minggu sebesar 1.520 gram.

Kualitas dan kuantitas pakan fase finisher adalah sebagai berikut:
·       kualitas atau kandungan zat gizi pakan terdiri dari protein 18,1-21,2%; lemak 2,5%, serat kasar 4,5%, kalsium (Ca) 1%, Phospor (P) 0,7-0,9% dan energi (ME) 2900-3400 Kcal.
·        kuantitas pakan terbagi/digolongkan dalam empat golongan umur yaitu:
minggu ke-5 (umur 30-36 hari) 111 gram/hari/ekor, minggu ke-6 (umut 37-43 hari) 129 gram/hari/ekor, minggu ke-7 (umur 44-50 hari) 146 gram/hari/ekor dan minggu ke-8 (umur 51-57 hari) 161 gram/hari/ekor. Jadi total jumlah pakan per ekor pada umur 30-57 hari adalah 3.829 gram.




Kandungan Nutrisi
Fase Starter (%)
Fase Finisher (%)
Kadar air (tidak lebih dari)
14,0
14,0
Protein kasar (tidak kurang dari)
21,0
19,0
Lemak kasar (tidak kurang dari)
2,5
2,5
Serat kasar (tidak lebih dari)
4,0
4,5
Abu (tidak lebih dari)
6,5
6,5
Kalsium
0,09-1,10
0,90-1,10
Fosfor
0,70-0,90
0,70-0,90
Table 1. persyaratan mutu standar ransom ayam pedaging

Konsumsi Ransum
Konsumsi ransom adalah jumlah ransum yang dihabiskan selama masa pemeliharaan. Pengukuran konsumsi ransum dilakukan setiap minggu sebagai konsumsi kumulatif. Perhitungan konsumsi ransum adalah sebagai berikut (Rasyaf,2003)
Konsumsi Ransum (gr/e)  = Jumlah Ransum akhir minggu I (g)
                                                Jumlah ayam akhir minggu I (e) 
Pertambahan Bobot Tubuh
Kecepatan pertumbuhan ayam diukur melalui pertambahan berat tubuh (PBT) yang dapat dicapai oleh ayam. PBT dipengaruhi oleh bangsa, jenis kelamin, makanan, umur, dan faktor lingkungan seperti suhu, kelembaban serta penyakit.(Rasyaf, 2003)

Cara perhitungan PBT ayam dalam bentuk rumus yaitu :
                                    PBT = BTt – BTt—1
            Keterangan :
            PBT                 : Pertumbuhan Berat Tubuh
            BTt                  : Bobot Tubuh Pada Waktu t
            BTt—1            : Bobot Tubuh Pada Waktu yang Lalu
            t                       : Kurun Waktu Satu Minggu     

Konversi Ransum

Konversi ransum diperoleh dengan cara membagi konsumsi ransum per minggu dengan pertambahan berat tubuh yang dicapai pada minggu tersebut. Konversi ransum dihitung setiap seminggu sekali selama pemeliharaan hingga panen. Kualitas ransum yang baik dan pemberian ransum secara teratur dan tidak berlebihan akan mengurangi tingginya konversi ransum. (Fadillah,2004)


Mortalitas

Mortalitas adalah banyaknya ayam yang mati pada sat pemeliharaan hingga panen dibandingkan dengan jumlah ayam pada saat awal pemeliharaan.(Rasyaf,2003).

Mortalitas      Jumlah ayam yang mati pada minggu tersebut ( ekor)   X 100%
                                       Jumlah ayam mula-mula pada minggu tersebut (ekor) 


Income Over Feed Cost (IOFC)

Income Over Feed Cost merupakan perbandingan antara pendapatan usaha dan biaya ransum. Pendapatan usaha merupakan perkalian antara hasil produksi peternakan (kg) dengan harga produksi. Sedangkan biaya ransum adalah jumlah biaya yang dikeluarkan untuk menghsilkan kilogram produk ternak. IOFC dihitung dengan menggunakan rumus :

IOFC         Pendapatan Usaha ( Rp) 
           Biaya Ransum (Rp)


Gross Margin

Merupakan selisih antara pendapatan dengan seluruh biaya  variabel, rumus penghitungan ini yaitu :
           
Gross Margin             = Pendapatan (Rp) – Biaya Variabel (Rp) 


BAB III
BAHAN DAN METODE PRAKTIKUM


3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Persiapan Pemeliharaan Broiler
        Bahan :                                                   

·   Kandang broiler
·   Sekat
·   Litter
·   Batu Bata
·   Kapur
·   Boklam
·   Tempat ransom untuk anak ayam dan dewasa
·   Ember
·   Sabun cuci
·   Larutan antisep
·   Tirai penutup kandang


Alat :
·  Sapu lidi
·  Sapu ijuk
·  Sprayer besar
·  Ember

3.1.2  Pemeliharaan Broiler Pada Fase Starter
Bahan :                                                               

·  DOC                                       
·  Gula pasir
·  Vitachick
·  Air minum
·  Ransum Broiler
·  Buku recording


Alat :
·  Timbangan                                                       
·  Chick feeder tray
·  Tirai plastik

3.1.3 Pemeliharaan Broiler Minggu ke II
         Bahan :

·    Anak ayam umur seminggu
·    Ransom fase starter
·    Air minum
·    Vitachick


Alat :

·  Timbangan
·   Gelas Ukur
·   Mistar
·   Kalkulator

           

3.1.4 Pemeliharaan Broiler Minggu ke III

         Bahan :
·  Vaksin Gumboro
·  Vaksin ND La Sota
·  Ayam Umur 2-3 minggu

·  Ransom fase starter
·  Vitachick
·  Air minum


Alat :
·  Timbangan
·  Gelas ukur                               



·  Kalkulator
·  Soccorex
·  Mistar


3.1.5 Pemeliharaan Broiler Minggu ke IV

         Bahan :
·  Ayam umur 21-28 hari
·  Ransom starter dan finisher

·  Air minum
·  Bahan litter


Alat :
·  Tempat Ransum & air minum
·  Timbangan
·  Kalkulator


·  Gelas ukur
·  Alat penggaru litter
·  Mistar




3.1.6 penanganan saat panen
         Bahan :
·    Ayam

Alat :
·    Timbangan
·    Tali pengikat
·    Crates ( box pengangkut ayam)

















DAFTAR PUSTAKA




Aksi Agraris Kanisius. 1986. Beternak Ayam Pedaging. Kanisius. Yogyakarta

Nova, K.,Kurtini.T.,Riyanti. 2002. Manajemen Usaha Ternak Unggas. Buku Ajar. Jurusan Produksi Ternak. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Rasyaf, M. 1995. Beternak Ayam Pedaging. Penebar Swadaya. Jakarta.

Rasyaf, M. 1995. Pengelolaan Usaha Peternakan Ayam Pedaging. Penebar 
            Swadaya. Jakarta

Sudaryani, T dan Hari Santosa. 1999. Pembibitan Ayam Ras. Penebar Swadaya. 
            Jakarta

Tawardi. 2002. Beternak Ayam Broiler. PT Sinergi Pustaka Indonesia. Bandung