PEMERIKSAAN AIR SUSU
I. Made Adi Jaya
0614061038
Susu adalah hasil pemerahan dari ternak sapi perah
atau dari ternak menyusui lainnya yang diperah secara kontinyu dan
komponen-komponennya tidak dikurangi dan tidak ditambahkan bahan-bahan lain.
Susu segar merupakan cairan yang berasal dari kambing sapi sehat dan bersih
yang diperoleh dengan cara pemerahan yang benar yang kandungan alaminya tidak
dikurangi atau ditambah sesuatu apapun dan belum mendapat perlakuan apapun (SNI
01-3141-1998). Secara fisiologis,
susu merupakan sekresi kelenjar ambing sebagai makanan dan proteksi imunologis (immunological
protection) bagi bayi mamalia. Dalam SK Dirjen Peternakan No. 17 tahun 1983
dijelaskan, susu adalah susu sapi yang meliputi susu segar, susu murni, susu
pasteurisasi, dan susu sterilisasi (Shiddieqy, 2008).
Susu
bernilai gizi tinggi dan dapat digunakan sebagai makanan manusia segala umur, sehingga
susu merupakan makanan yang dapat dikatakan sempurna. Dewasa ini di
negara-negara yang sudah maju maupun di negara-negara yang sedang berkembang
(termasuk di Indonesia), sapi perah merupakan sumber utama penghasil susu yang
mempunyai nilai gizi tinggi. Walaupun ada pula susu yang dihasilkan oleh ternak
lain misalnya kerbau, kambing, kuda dan domba, akan tetapi penggunaannya
dimasyarakat tidaklah sepopuler susu sapi perah (Anonimous, 2007). Komposisi
rata-rata susu sapi terdiri dari: Air 83,3 %, protein 3,2 %, lemak 4,3 %, karbohidrat
3,5 %, kalium 4,3 mg/100 gr, kalsium 143,3 mg/ 100 gr, fosfor 60 mg/100 gr,
besi 1,7 mg/100 gr, vitamin A, SI 130, Vitamin B1 0,3 mg/100 gr dan vitamin C 1
mg/100 gr. Lemak tersusun dari trigliresida yang merupakan gabungan gliserol
dan asam-asam lemak. Dalam lemak susu terdapat 60-75% lemak yang bersifat
jenuh, 25-30% lemak yang bersifat tak jenuh
dan
sekitar 4% merupakan asam lemak polyunsaturated.
Komponen
mikro lemak susu antara lain adalah fosfolipid, sterol, tokoferol (vitamin E),
karoten, serta vitamin A dan D. Laktosa adalah bentuk karbohidrat yang terdapat
di dalam air susu. Kadar laktosa di dalam air susu adalah 4.60% dan ditemukan
dalam keadaan larut. Laktosa terbentuk dari dua komponen gula yaitu glukosa dan
galaktosa. Sifat air susu yang sedikit manis ditentukan oleh laktosa. Kadar laktosa
dalam air susu dapat dirusak oleh beberapa jenis kuman pembentuk asam susu.
Pemberian
laktosa atau susu dapat menyebabkan mencret atau gangguan-gangguan perut bagi orang
yang tidak tahan terhadap laktosa. Hal ini disebabkan kurangnya enzim lactase
dalam mukosa usus (Suhendar dkk., 2008). Pada saat susu keluar setelah diperah,
susu merupakan suatu bahan yang murni, higienis, bernilai gizi tinggi,
mengandung sedikit kuman (yang berasal dari kambing) atau boleh dikatakan susu
masih steril. Demikian pula bau dan rasa tidak berubah dan tidak berbahaya untuk
diminum. Setelah beberapa saat berada dalam suhu kamar, susu sangat peka
terhadap pencemaran sehingga dapat menurunkan kualitas susu. Kualitas susu yang
sampai ditangan konsumen terutama ditentukan antara lain oleh jenis ternak dan
keturunannya (hereditas), Tingkat laktasi, Umur ternak, peradangan pada ambing,
Nutrisi/pakan ternak, Lingkungan dan Prosedur pemerahan susu.
Sebahagian
bahan makanan susu mempunyai kelemahan yang perlu diperhatikan di dalam
penanganannya. Susu yang baik apabila memenuhi persyaratan, antara lain: kandungan
jumlah bakteri yang cukup rendah, bebas dari spora dan mikroorganisme penyebab
penyakit, memiliki flavour yang baik, bersih, bebas dari debu atau kotoran.
Pemeriksaan
Susunan Air Susu
a. Berat Jenis
Air Susu
Pada pemeriksaan sample susu kandang didapatkan nilai
BJ susu kandang sebesar 1,0259, sampel susu individu BJ susu sebesar 1,0296,
sedangkan susu kemasan didapatkan nilai BJ sebesar 1,0283. Air susu mempunyai berat jenis yang lebih besar
daripada air. Akan tetapi menurut codex, BJ air susu adalah 1,0284. Codex
adalah suatu daftar satuan yang harus dipenuhi air susu sebagai bahan makanan.
Penurunan BJ air susu segar dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:
makanan, perubahan kondisi kadar lemak, adanya gas yang timbul didalam air susu,
protein, laktosa, jenis ternak, usia ternak perah dan kesehatan lingkungan.
Biasanya makin besar atau makin banyak senyawa-senyawa yang terlarut dalam
suatu larutan maka semakin besar pula berat jenisnya. Oleh karena itu, berat
jenis susu sangat tergantung pada senyawa penyusunnya. Walaupun terjadi penurunan
BJ dari Standar nilai Codex, namun menurut Standar Nasional Indonesia (SNI)
masih dalam nilai normal. BJ susu juga dipengaruhi oleh kadar lemak dan zat-zat
padat tanpa lemak yang terkandung di dalamnya jika rendahnya BJ susu maka
kekentalan susu tersebut sangat rendah, namun sebaliknya jika kekentalan
kandungan bahan kering tinggi maka kekentalan susu tersebut akan tinggi juga.
Pada susu
kemasan diperoleh nilai BJ yang tinggi, hal ini disebabkan oleh penambahan bahan-bahan
makanan lain dalam susu atau dapat juga karena proses pemanasan yang terlalu
tinggi. Peningkatan ini dikarenakan atas tidak terbebasnya gas CO2 dan N2 yang terdapat dalam susu saat pemerahan.
Untuk membebaskan gas CO2 dan N2 kembali
dari susu tersebut maka perlu dipanaskan kembali sampai 45 – 50 0C dan kemudian didinginkan kembali sampai
20 0C.
b. Penetapan Kadar Lemak
Lemak susu
mengandung asam lemak esensial, asam linoleat dan linolenat yang memilki bermacam-macam
fungsi dalam metabolisme dan mengontrol berbagai proses fisiologis dan biokimia
pada manusia. Kadar lemak susu bervariasi antara 2,4 – 5,5%. Dari hasil
pemeriksaan terhadap sampel susu kandang diperoleh kadar lemak sebesar 4%,
sampel susu individu kadar lemaknya sebesar 2,3 % dan sample susu kemasan
sebesar 1,1 %. Kadar lemak ini dipengaruhi oleh manajemen pemeliharaan sapi,
makanan yang tinggi/rendahnya lemak dan susunan makanan yang diberikan bahan
kering melebihi 1-3%. Pemerahan yang dilakukan pada pagi hari lebih baik daripada
sore hari. Dimana, susu yang diperoleh pada pagi hari mengandung 0,5-2% lebih
banyak lemak dari pada susu yang diperah pada sore hari. Semakin teratur jarak
antara pemerahan, semakin teratur pula kandungan lemak pada susu perah
tersebut. Sapi perah jenis Guersey dan Jersey memberikan susu dengan kandungan
lemak yang lebih tinggi (5,19%) dibandingkan dengan jenis Ayshire (4,14%).
Menurut
Codex nilai kadar lemak susu 2.7%, sedangkan Direktorat Gizi Depkes RI
menyatakan nilai kadar lemak susu 3,5%. Lemak susu mengandung asam lemak, asam
linoleat, dan linoleat yang memiliki bermacam-macam fungsi dalam metabolisme,
mengontrol berbagai proses fisiologis dan biokimia pada tubuh manusia. Lemak
susu terdiri atas trigliserida yang tersusun dari satu molekul gliserol dan
tiga molekul asam lemak melalui ikatan ester. Asam lemak disusun oleh rantai
hidrokarbon dan golongan karboksil. Salah satu contoh dari asam lemak susu
adalah asam butirat membentuk asam lemak rantai pendek yang akan menyebabkan
aroma tengik. Lemak susu dikeluarkan dari sel epitel ambing dalam bentuk
butiran lemak yang diameternya bervariasi antara 0,1 – 15 μ. Butiran lemak tersusun atas butiran
trigliserida yang dikelilingi membran tipis yang dikenal dengan Fat Globule
Membran (FGM) atau membran butiran lemak susu. Komponen utamanya adalah
protein dan fosfolipid. FGM salah satunya berfungsi sebagai stabilisator
butiran-butiran lemak susu dalam emulsi dengan kondisi encer dari susu, karena
susu sapi mengandung air kira-kira 87%.
c. Kadar Bahan Kering
Bahan
kering pada susu segar lebih tinggi daripada susu kemasan. Kadar bahan kering pada
sampel susu kandang adalah 10,506 %, dan kadar bahan kering pada sampel susu
Individu adalah 10,887 % sedangkan bahan kering pada susu kemasan adalah
10,550%. Kadar bahan kering pada susu segar dipengaruhi oleh faktor umur,
makanan dan manajemen sapi perah yang baik. menurut Codex nilai bahan kering
yang baik adalah 12.20%. sedangkan pada susu kemasan lebih rendah hal ini
karena pemalsuan susu, kemungkinan dengan skim milk. Bahan kering yang
terkandung dalam susu merupakan bahan pangan yang sangat penting yang
dibutuhkan oleh tubuh dalam jumlah banyak. Dimana, bahan kering tersebut
terdiri dari lemak, protein, laktosa, mineral, enzim, gas, vitamin dan asam (sitrat,
format, asetat, laktat dan oksalat). Dalam tubuh, bahan kering ini
sangat berfungsi untuk melaksanakan dan membantu seluruh proses fisiologis
tubuh.
d. Bahan Kering Tanpa Lemak
Bahan
kering tanpa lemak adalah bahan kering dalam susu yang telah dikurangi dengan lemak
susu yang disingkat dengan BKTL. BKTL terdiri atas protein, laktosa, mineral,
asam (sitrat, format, asetat, laktat dan oksalat), enzim (peroksidase,
katalase, fosfatase dan lipase), gas (oksigen dan nitrogen), dan vitamin
(Vitamin A, C, D, tiamin dan riboflavin). Kadar BKTL yang diperoleh
dalam sampel susu kandang yaitu sebesar 6,506%, Kadar BKTL dalam sampel susu
individu adalah sebesar 8,587 % dan kadar BKTL susu kemasan diperoleh nilai
sebesar 9,450 %. Menurut standard Codex nilai kadar BKTL susu yang baik adalah
8%. Pada susu segar, nilai BKTLnya lebih rendah dibandingkan dengan susu
kemasan. Hal ini dikuatkan oleh nilai BJ susu segar lebih rendah dari pada
nilai BJ susu sterilisasi yaitu 1,0275 pada suhu 27,5 0C. kadar bahan kering tanpa lemak dalam
susu berbanding lurus dengan berat jenis air susu.
KESIMPULAN
Pemerahan
susu segar dilakukan dengan baik, ini terlihat dengan tidak adanya kotoran pada
susu segar tersebut dan dapat mengurangi kontaminasi bakteri ataupun
mikroorganisme lainnya. Berdasarkan uji-uji yang dilakukan, maka susu segar
yang telah diperiksa masih aman untuk dikonsumsi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar