PERBANDINGAN PERFORMANCE PADA
BROILER DENGAN MENGGUNAKAN ALAS LITTER SEKAM PADI DAN
SERBUK GERGAJI
( Laporan
Praktikum Manajemen Usaha Ternak Unggas )
Oleh :
I. MADE ADI JAYA
0614061038
JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2009
LEMBAR
PENGESAHAN
Judul
Praktikum :
Perbandingan Performance Pada Broiler Dengan
Menggunakan Alas Litter Sekam Padi dan Serbuk
Gergaji
Tanggal Praktikum :
11 November – 19 November 2009
Tempat
Praktikum : Kandang
Jurusan Peternakan, Universitas Lampung
Nama : I. MADE
ADI JAYA
NPM :
0614061038
Jurusan :
Peternakan
Fakultas :
Pertanian
Kelompok : IV (empat)
Bandar Lampung, 1 Desember 2009
Mengetahui
Dosen Pembimbing
Ir. Khaira Nova,M.P.
NIP :
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN......................................................................... i
KATA PENGANTAR……………………………………………………. ii
DAFTAR ISI.................................................................................................iii
I. PENDAHULUAN..................................................................................... 1
1.1 Latar
Belakang……………………………………………………….. 1
1.2 Tujuan………………………………………………………………... 3
II. TINJAUAN PUSTAKA……………………………………………….. 4
III. BAHAN DAN METODE
PRAKTIKUM…………………………… 10
3.1 Alat dan
Bahan……………………………………………………….. 10
3.1.1 Persiapan Pemeliharaan Broiler……………………………… 10
3.1.2 Pemeliharaan Broiler
Pada Fase Starter……………………….........10
3.1.3 Pemeliharaan Broiler Minggu ke II………………………..… 10
3.1.4 Pemeliharaan Broiler Minggu ke
III…………………………. 11
3.1.5 Pemeliharaan Broiler Minggu ke IV………………………… 11
3.1.6 Penanganan Ayam
Saat Dipanen……………………………. 11
3.2 Cara Kerja……………………………………………………………..11
3.2.1 Persiapan Pemeliharaan
Broiler……………………………… 11
3.2.2 Pemeliharaan Broiler Pada Fase Starter……………………... 12
3.2.3 Pemeliharaan Broiler Mingu ke II…………………………… 12
3.2.4 Pemeliharaan Broiler Minggu ke III…………………………. 12
3.2.5 Pemeliharaan Broiler Minggu ke IV…………………………. 12
3.2.6. Penanganan Ayam Saat
Dipanen……………………………. 13
IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN……………………14
4.1 Hasil …………………………………………………………………. 14
4.3 Pembahasan……………………………………………………………16
V. KESIMPULAN.........................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA................................................................................... .20
LAMPIRAN...................................................................................................
21
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Istilah broiler pada ayam yang biasa dipakai
untuk menyebut ayam hasil budidaya teknologi peternakan yang memiliki
karakteristik ekonomis dengan ciri yang khas antara lain pertumbuhannya cepat,
sebagai penghasil daging dengan konversi
makanan rendah dan siap dipotong pada usia yang relatif muda ( Priyatno, 2000). Ternak unggas
merupakan ternak yang mempunyai potensi tinggi untuk dikembangkan karena
produknya quick yielding (cepat menghasilkan) dan mengandung nilai gizi yang
tinggi., performans yang baik akan tampak apabila factor genetic dan lingkungan
juga baik.
Ayam pedaging
misalnya disebut demikian karena menghasilkan daging yang banyak. Ayam broiler
adalah jenis ayam baik jantan maupun betina yang berumur dibawah 8 minggu dan
dipelihara secara intensif guna memperoleh produksi daging secara optimal.
Secara genetic, ayam broiler sengaja diciptakan sedemikian rupa sehingga dalam
waktu yang relatif singkat dapat segera menghasilkan produk yang dikehendaki.
Bahkan, sekarang ini peternak mulai menjual hasil ternaknya pada umur 21 hari,
jauh lebih awal dari ketentuan yang ada. Hal ini disebabkan karena untuk
memenuhi selera konsumen. Ayam broiler di Indonesia baru dikenal pada periode
1980-an meskipun galur murninya telah diketahui pada tahun 1960-an ketika
peternak mulai memeliharanya .
Broiler merupakan salah satu jenis
ternak yang mempunyai kemampuan yang tinggi dalam mengonversikan ransum yang
dikonsumsinya menjadi daging. Produktivitas
broiler dipengaruhi oleh faktor
genetik dan lingkungan. Lingkungan memberikan pengaruh terbesar (70%) dalam
menentukan performan ternak, sedangkan faktor genetik 30%.
Tingginya suhu
lingkungan di Indonesia
merupakan salah satu masalah dalam pencapaian performans broiler yang optimal. Pada
suhu yang tinggi, broiler akan
mengalami stres, yang akan mempengaruhi penurunan konsumsi ransum sehingga
terjadi penurunan bobot tubuh. Broiler
mengalami stres karena panas proses metabolisme setelah mengonsumsi ransum dan
panas tambahan karena suhu lingkungan yang tinggi sehingga broiler akan banyak mengonsumsi air minum. Oleh karena tingginya
suhu lingkungan di Indonesia , perlu dilakukan
manipulasi untuk mengimbangi feed intake
yang kurang optimal pada siang hari yang suhunya tinggi dan melakukan pemberian
ransum saat suhu lingkungan mulai turun pada malam hari.
Menurut Rao,
Nagalashmi, dan Redy (2002) selama cuaca panas, unggas harus dijauhkan dari ransum
sementara karena suhu akan meningkat dan mencapai puncaknya. Pemberian ransum pada jam-jam awal dan akhir
dari hari terang akan membantu mengurangi kematian pada broiler.
Oleh sebab itu,
diperlukan suatu kajian yang mendalam tentang hal ini agar produksi broiler
lebih optimal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pembagian
persentase pemberian ransum pada siang hari dan malam hari dan mengetahui level
pembagian persentase pemberian ransum pada siang dan malam hari yang terbaik
terhadap produksi broiler.
1.2 Tujuan
Praktikum
Praktikum ini dilakukan bertujuan,
antara lain :
-
Agar mahasiswa dapat mengerti apa yang harus dilakukan
pada saat awal pemeliharaan sampai dengan akhir pemeliharaan broiler.
-
Agar mahasiswa dapat membedakan pertumbuhan broiler
pada jenis litter yang berbeda.
-
Agar mahasiswa mengetahui hal-hal tentang pemeliharaan
broiler sehingga dapat diterapkan di masyarakat
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
Keberhasilan
dalam pemeliharaan broiler tidak terlepas dari faktor genetik dan faktor
lingkungan. Faktor-faktor yang sangat berpengaruh terhadap hasil yang diperoleh
meliputi breeding (bibit), perkandangan, feeding ( makanan/ransum ), dan
manajemen ( termasuk didalamnya pemeliharaan, pencegahan dan pemberantasan penyakit,
serta pemasaran ). Apabila peternak hanya menitik beratkan pada salah satu
faktor saja, maka tidak akan tercapai hasil yang maksimal. Oleh karena itu,
diperlukan pemeliharaan intensif yaitu penggunaan bibit unggul dan pemberian
ransum yang baik serta tatalaksana pemeliharaan secara ketat.
Bibit.
Bibit merupakan
faktor dasar atau genetik yang tidak dapat diabaikan. Keberhasilan ternak
broiler sangat dipengaruhi oleh faktor bibit. Sebaiknya bibit yang digunakan
adalah bibit unggul, yaitu bibit yang produktif, mempunyai daya produksi tinggi
dan memiliki kecepatan tumbuh untuk mencapai bobot yang tinggi. Bibit DOC
broiler yang baik sebaiknya diseleksi yang memiliki ciri-ciri mata yang cerah,
bercahaya, aktif dan tampak segar. Selain itu anak ayam tidak memperlihatkan
cacat fisik, kaki bengkok, mata bulat dan kelainan fisik lainnya yang mudah
terlihat serta tidak ada lekatan tinja. (
AAK,1986)
DOC yang baik
yaitu DOC yang bersih, kering, bebas dari deformitas (cacat tubuh), tidak
terdapat kuning di pusar, tidak gemetar, tidak stress dan tertarik dengan
kondisi lingkungan. (Epizianti, 2001).
Anak ayam memperlihatkan mata yang cerah dan bercahaya, aktif serta tampak
tegar, lincah, terlihat kuat, pusar menutup dengan baik., paruh terlihat baik
dan kaki tidak cacat.(Sudaryani dan
Samosir,2000).
Perkandangan
Kandang yang
baik adalah kandang yang dapat memberikan rasa nyaman dan tentram bagi ayam
dalam melakukan aktifitas produksi dan reproduksi. Oleh karena itu, kandang
harus memenuhi persyaratan teknis yang dapat menjamin kelangsungan hidup ayam
terutama di Indonesia
yang beriklim tropis. Dinding kandang ada yang bersistim terbuka (open side
wall house) atau bersistim tertutup (closed house). Menurut Rasyaf (1993)
bangunan kandang yang baik adalah bangunan yang memenuhi persyaratan tekhnis
sehingga berfungsi untuk :
- Menghindari gangguan binatang buas dan pencuri.
- Mempermudah penanganan ayam selama proses pemeliharaan berlangsung sehingga produktivitas broiler yang dipelihara tidak terganggu.
- menghindari ayam kontak langsung dengan unggas lain sebagai antisipasi terhadap terjadinya penyebaran penyakit.
- Melindungi ayam dari lingkungan yang merugikan seperti terik ataupun kedinginan karena hujan.
Ransum
Untuk pertumbuhan dan keperluan hidupnya,
ayam pedaging membutuhkan ransum yang mengandung unsur-unsur protein dan kandungan
nutrisi lainnya ( Rasyaf, 2003). Bentuk fisik ransum dibagi menjadi 3 yaitu
bentuk mash, crumble dan pellet.
Pakan merupakan 70% biaya pemeliharaan.
Pakan yang diberikan harus memberikan zat pakan (nutrisi) yang dibutuhkan ayam,
yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral, sehingga pertambahan
berat badan perhari (Average Daily Gain/ADG) tinggi. Pemberian pakan dengan
sistem ad libitum (selalu tersedia/tidak dibatasi).
Apabila
menggunakan pakan dari pabrik, maka jenis pakan disesuaikan dengan tingkat
pertumbuhan ayam, yang dibedakan menjadi 2 (dua) tahap. Tahap pertama disebut
tahap pembesaran (umur 1 sampai 20 hari), yang harus mengandung kadar protein
minimal 23%. Tahap kedua disebut penggemukan (umur diatas 20 hari), yang
memakai pakan berkadar protein 20 %. Jenis pakan biasanya tertulis pada
kemasannya. Penambahan POC NASA lewat air minum dengan dosis 1 - 2 cc/liter air
minum memberikan berbagai nutrisi pakan dalam jumlah cukup untuk membantu
pertumbuhan dan penggemukan ayam broiler. Dapat juga digunakan Viterna Plus
sebagai suplemen khusus ternak dengan dosis 1 cc/liter air minum/hari, yang
mempunyai kandungan nutrisi lebih banyak dan lengkap. Efisiensi pakan
dinyatakan dalam perhitungan FCR (Feed Convertion Ratio).
Kualitas dan
kuantitas pakan fase starter adalah sebagai berikut:
·
Kualitas atau kandungan zat gizi pakan terdiri
dari protein 22-24%, lemak 2,5%, serat kasar 4%, Kalsium (Ca) 1%, Phospor (P)
0,7-0,9%, ME 2800-3500 Kcal.
·
Kuantitas pakan terbagi/digolongkan menjadi 4
(empat) golongan yaitu minggu pertama (umur 1-7 hari) 17 gram/hari/ekor, minggu
kedua (umur 8-14 hari) 43 gram/hari/ekor, minggu ke-3 (umur 15-21 hari) 66
gram/hari/ekor dan minggu ke-4 (umur 22-29 hari) 91 gram/hari/ekor. Jadi jumlah
pakan yang dibutuhkan tiap ekor sampai pada umur 4 minggu sebesar 1.520 gram.
Kualitas
dan kuantitas pakan fase finisher adalah sebagai berikut:
·
kualitas
atau kandungan zat gizi pakan terdiri dari protein 18,1-21,2%; lemak 2,5%,
serat kasar 4,5%, kalsium (Ca) 1%, Phospor (P) 0,7-0,9% dan energi (ME)
2900-3400 Kcal.
·
kuantitas pakan terbagi/digolongkan dalam empat
golongan umur yaitu:
minggu ke-5 (umur 30-36 hari) 111 gram/hari/ekor, minggu
ke-6 (umut 37-43 hari) 129 gram/hari/ekor, minggu ke-7 (umur 44-50 hari) 146
gram/hari/ekor dan minggu ke-8 (umur 51-57 hari) 161 gram/hari/ekor. Jadi total
jumlah pakan per ekor pada umur 30-57 hari adalah 3.829 gram.
Kandungan
Nutrisi
|
Fase
Starter (%)
|
Fase
Finisher (%)
|
Kadar air (tidak
lebih dari)
|
14,0
|
14,0
|
Protein kasar
(tidak kurang dari)
|
21,0
|
19,0
|
Lemak kasar
(tidak kurang dari)
|
2,5
|
2,5
|
Serat kasar
(tidak lebih dari)
|
4,0
|
4,5
|
Abu (tidak
lebih dari)
|
6,5
|
6,5
|
Kalsium
|
0,09-1,10
|
0,90-1,10
|
Fosfor
|
0,70-0,90
|
0,70-0,90
|
Table 1. persyaratan
mutu standar ransom ayam pedaging
Konsumsi
Ransum
Konsumsi
ransom adalah jumlah ransum yang dihabiskan selama masa pemeliharaan.
Pengukuran konsumsi ransum dilakukan setiap minggu sebagai konsumsi kumulatif.
Perhitungan konsumsi ransum adalah sebagai berikut (Rasyaf,2003)
Konsumsi Ransum (gr/e) = Jumlah Ransum akhir minggu I (g)
Jumlah ayam akhir minggu I (e)
Pertambahan Bobot Tubuh
Kecepatan
pertumbuhan ayam diukur melalui pertambahan berat tubuh (PBT) yang dapat
dicapai oleh ayam. PBT dipengaruhi oleh bangsa, jenis kelamin, makanan, umur,
dan faktor lingkungan seperti suhu, kelembaban serta penyakit.(Rasyaf, 2003)
Cara perhitungan
PBT ayam dalam bentuk rumus yaitu :
PBT = BTt –
BTt—1
Keterangan :
PBT :
Pertumbuhan Berat Tubuh
BTt :
Bobot Tubuh Pada Waktu t
BTt—1 : Bobot Tubuh Pada Waktu yang Lalu
t :
Kurun Waktu Satu Minggu
Konversi Ransum
Konversi ransum
diperoleh dengan cara membagi konsumsi ransum per minggu dengan pertambahan
berat tubuh yang dicapai pada minggu tersebut. Konversi ransum dihitung setiap
seminggu sekali selama pemeliharaan hingga panen. Kualitas ransum yang baik dan
pemberian ransum secara teratur dan tidak berlebihan akan mengurangi tingginya
konversi ransum. (Fadillah,2004)
Mortalitas
Mortalitas
adalah banyaknya ayam yang mati pada sat pemeliharaan hingga panen dibandingkan
dengan jumlah ayam pada saat awal pemeliharaan.(Rasyaf,2003).
Mortalitas ═ Jumlah
ayam yang mati pada minggu tersebut ( ekor)
X 100%
Jumlah ayam mula-mula pada minggu tersebut
(ekor)
Income Over Feed Cost (IOFC)
Income Over Feed
Cost merupakan perbandingan antara pendapatan usaha dan biaya ransum.
Pendapatan usaha merupakan perkalian antara hasil produksi peternakan (kg)
dengan harga produksi. Sedangkan biaya ransum adalah jumlah biaya yang
dikeluarkan untuk menghsilkan kilogram produk ternak. IOFC dihitung dengan
menggunakan rumus :
IOFC ═
Pendapatan Usaha ( Rp)
Biaya Ransum (Rp)
Gross Margin
Merupakan
selisih antara pendapatan dengan seluruh biaya
variabel, rumus penghitungan ini yaitu :
Gross Margin = Pendapatan (Rp) – Biaya Variabel
(Rp)
BAB
III
BAHAN
DAN METODE PRAKTIKUM
3.1 Alat dan
Bahan
3.1.1 Persiapan
Pemeliharaan Broiler
Bahan
:
·
Kandang broiler
·
Sekat
·
Litter
·
Batu Bata
·
Kapur
·
Boklam
·
Tempat ransom untuk anak ayam dan dewasa
·
Ember
·
Sabun cuci
·
Larutan antisep
·
Tirai penutup kandang
Alat :
·
Sapu lidi
·
Sapu ijuk
·
Sprayer besar
·
Ember
3.1.2 Pemeliharaan
Broiler Pada Fase Starter
Bahan :
·
DOC
·
Gula pasir
·
Vitachick
·
Air minum
·
Ransum Broiler
·
Buku recording
Alat :
·
Timbangan
·
Chick feeder tray
·
Tirai plastik
3.1.3
Pemeliharaan Broiler Minggu ke II
Bahan :
·
Anak ayam umur seminggu
·
Ransom fase starter
·
Air minum
·
Vitachick
Alat :
·
Timbangan
·
Gelas
Ukur
·
Mistar
·
Kalkulator
3.1.4
Pemeliharaan Broiler Minggu ke III
Bahan :
·
Vaksin Gumboro
·
Vaksin
ND La Sota
·
Ayam Umur 2-3 minggu
·
Ransom fase starter
·
Vitachick
·
Air minum
Alat :
·
Timbangan
·
Gelas ukur
·
Kalkulator
·
Soccorex
·
Mistar
3.1.5
Pemeliharaan Broiler Minggu ke IV
Bahan :
·
Ayam umur 21-28 hari
·
Ransom starter dan finisher
·
Air minum
·
Bahan litter
Alat :
·
Tempat Ransum & air minum
·
Timbangan
·
Kalkulator
·
Gelas ukur
·
Alat penggaru litter
·
Mistar
3.1.6 penanganan saat panen
Bahan :
·
Ayam
Alat :
·
Timbangan
·
Tali pengikat
·
Crates ( box pengangkut ayam)
DAFTAR PUSTAKA
Aksi Agraris
Kanisius. 1986. Beternak Ayam Pedaging. Kanisius. Yogyakarta
Nova, K.,Kurtini.T.,Riyanti. 2002. Manajemen
Usaha Ternak Unggas. Buku Ajar. Jurusan Produksi Ternak. Universitas
Lampung. Bandar Lampung.
Rasyaf, M. 1995. Beternak
Ayam Pedaging. Penebar Swadaya. Jakarta.
Rasyaf, M. 1995. Pengelolaan
Usaha Peternakan Ayam Pedaging. Penebar
Swadaya. Jakarta
Sudaryani, T dan
Hari Santosa. 1999. Pembibitan Ayam Ras. Penebar Swadaya.
Jakarta
Tawardi. 2002. Beternak Ayam Broiler. PT Sinergi
Pustaka Indonesia .
Bandung