Minggu, 01 Januari 2012

AMPAS BIR DALAM PENGEMBANGAN PETERNAKAN DI INDONESIA


AMPAS BIR DALAM PENGEMBANGAN  PETERNAKAN
DI INDONESIA

Adijaya Tangkas


BAB I
PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang
Penduduk Indonesia setiap tahun terus bertambah. Menurut data sensus terakhir jumlah penduduk Indonesia 202 juta jiwa. Jumlah penduduk yang besar akan menyebabkan kebutuhan pangan asal ternak semakin meningkat. Untuk lebih jelas data produksi daging sapi dan kebutuhan daging unggas adalah sebagai berikut :

Tabel 1. Produksi Daging Sapi dan Konsumsi Daging Ayam Broiler

No
Tahun
Produksi Daging Sapi
(000 MT)*
Kebutuhan Daging Unggas
(kg/kapita/tahun)**
1
2001
1.128
1.73
2
2002
1.193
-
3
2003
1.445
2.30
4
2004
1.451
2.53
5
2005
-
3.70

Dari tabel di atas tampak bahwa baik produksi daging sapi maupun kebutuhan daging unggas dari tahun ke tahun terus meningkat. Kemungkinan kondisi ini akan terus berlanjut seiring dengan kondisi ekonomi yang semakin baik. Bahkan untuk konsumsi daging unggas diproyeksikan dua kali lipat pada tahun 2005 dibandingkan dengan tahun
1998. Keadaan ini memberikan peluang yang sangat besar bagi dunia perunggasan. Fenomena tersebut dirasakan dengan banyak berdirinya perusahaan peternakan, penggemukan sapi potong dan unggas baik untuk skala usaha besar maupun kecil.

Produktifitas sapi dipengaruhi antara lain oleh pakan yang dikonsumsinya. Dimaayarakat pedesaan, ternak masih dipelihara dengan cara tradisional dengan pakan seadanya. Pada saat musim kemarau panjang, peternak kesulitan mendapatkan pakan hijauan yang berkualitas baik. Dalam kondisi seperti itu, sebenarnya konsentrat memegang peranan penting untuk peningkatan produktifitas ternak.

Masalah utama pengembangan usaha ternak di daerah tropis pada umumnya terletak pada penyediaan pakan hijauan yang tidak dapat diandalkan, baik secara kualitas, kuantitas dan kontiyunitas. Hijauan memiliki kandungan protein kasar dan nilai kecernaan sangat rendah. Pada musim kemarau yang panjang atau lebih dari 6 bulan dalam setahun menyebabkan ketersediaan hijauan selama musim tersebut menjadi sangat sulit diandalkan. Selain itu, pemeliharaan yang masih dilakukan secara traditional menjadi penyebab rendahnya produktifitas ternak yang dipelihara masyarakat.

Banyak berdirinya perusahaan ternak, ternyata tidak diimbangi dengan ketersediaan bahan pakan yang mencukupi. Kenyataan ini mengakibatkan masih diimpornya bahan pakan. Hal ini diakibatkan karena terjadi krisis ekonomi yang parah akibat kondisi politik yang tidak stabil. Sebenarnya impor bahan pakan dapat dikurangi atau mungkin tidak sama sekali, bila kita mampu memanfaatkan sumber daya yang ada, misalkan dengan memanfaatkan ampas bir. Pada hakekatnya pemanfaatan hasil ikutan merupakan pendaurulangan sumber daya alam sehingga dapat lebih bermanfaat bagi penanggulangan kelangkaan pakan.

Ketersediaan hasil ikutan jumlahnya cukup melimpah dan terkonsentrasi di daerah tertentu, seperti halnya di daerah Jawa Barat hanya terdapat pada kota-kota tertentu yaitu Bogor, Bandung dan Sumedang. Peternak di daerah tersebut dapat memanfaatkan ampas bir tersebut untuk makanan ternaknya. Walaupun harganya sangat tergantung pada jarak, kandungan bahan kering dan alternatif penggunaannya.

1.2 Issue Pokok
Bir dibuat dari bahan baku gandum, beras dan jagung.Ampas bir cukup disukai ternak, secara kualitatif tepung ampas bir dapat diuji dengan menggunakan bulk density ataupun uji apung. Selain itu uji organoleptik seperti tekstur rasa, warna dan bau dapat dipakai untuk mengetahui kualitas ampas bir yang baik. Secara kuantitatif untuk mengetahui kualitas ampas bir, analisis PK dan SK perlu dilakukan.

1.3 Tujuan
Tujuan dari ampas bir adalah :
  1. Alternative pakan tambahan bagi ternak yang masih banyak menganduk zat makanan yang bermanfaat
  2. Pemanfaatan limbah yang tidak terpakai menjadi pakan tambahan

1.4 Manfaat
Limbah dari hasil industri pembuatan bir (ampas bir) merupakan salah satu alternative bahan pakan ternak yang masih mengandung protein tinggi. Pemanfaatan ampas bir diharapkan akan dapat menggantikan peran konsentrat dalam pakan ternak ruminansia. Seberapa besar produktifitas dan keuntungan ekonomis yang diperoleh dengan system pemeliharaan feedlot menggunakan bahan pakan tersebut.
















BAB II
PERANAN


2.1 Deskriptif
Masalah utama pengembangan usaha ternak di daerah tropis pada umumnya terletak pada penyediaan pakan hijauan yang tidak dapat diandalkan, baik secara kualitas maupun kuantitas. Ampas bir merupakan hasil ikutan dari proses pembuatan bir yang banyak terdapat di Indonesia. Oleh karena itu untuk menghasilkan ampas bir tidak terlepas dari proses pembuatan bir.

Ditinjau dari komposisi kimianya ampas bir dapat digunakan sebagai sumber protein. Korossi (1982) menyatakan bahwa ampas bir lebih tinggi kualitasnya dibandingkan dengan ampas tahu. Sedangkan Pulungan, dkk. (1985) melaporkan bahwa ampas bir mengandung NDF, ADF yang rendah sedangkan presentase protein tinggi yang menunjukkan ampas bir berkualitas tinggi, tetapi mengandung bahan kering rendah. Komposisi zat gizi ampas bir dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 2. Komposisi Zat-zat Makanan Ampas bir

Bahan
BK (%)
Prk (%)
SK (%)
LK (%)
NDF (%)
ADF (%)
Abu (%)
Ca (%)
P
(%)
Eb (Kkal)
Ampas Bir

13.3

21.0

23.58

10.49

51.93

25.63

2.96

0.53

0.24

4730

Ampas bir juga mengandung unsur-unsur mineral mikro maupun makro yaitu untuk mikro; Fe 200-500 ppm, Mn 30-100 ppm, Cu 5-15 ppm, Co kurang dari 1 ppm, Zn lebih dari 50 ppm (Sumardi dan Patuan, 1983). Di samping memiliki kandungan zat gizi yang baik, ampas bir juga memiliki antinutrisi berupa asam fitat yang akan mengganggu penyerapan mineral bervalensi 2 terutama mineral Ca, Zn, Co, Mg, dan Cu, sehingga penggunaannya untuk unggas perlu hati-hati (Cullison, 1978).
2.2 Kelebihan
Grain bir, Makan Bir juga disebut, adalah produk-oleh dari produksi bir yang merupakan protein tingkat menengah (CP> 26%) feedstuff digunakan dalam pakan hewan. Mereka adalah sumber yang sangat baik berkualitas tinggi by-pass protein dan serat dicerna. Butir bir kering memiliki asam amino yang baik, mineral dan vitamin B konten. Hal ini sangat cocok dan dapat digunakan dalam berbagai ransum. butir bir kering adalah protein feedstuff tingkat menengah digunakan dalam pakan hewan. Mereka adalah sumber yang sangat baik berkualitas tinggi by-pass protein dan serat dicerna. Butir bir kering memiliki asam amino yang baik, mineral dan vitamin B konten.

2.3 Kelemahan
Meskipun ampas bir merupakan salah satu pakan tambahan yang mempunyai nilai gizi yang tinggi tapi penggunaan ampas bir yang berlebihan akan menyebabkan pengaruh negative pada ternak. Biasanya penggunaan yang berlebihan akan mengakibatkan ganguan pencernaan pada ternak ruminansia dan stress pada ternak non ruminansia.

2.4 Peranan
Surtleff dan Aoyagi (1979) melaporkan bahwa penggunaan ampas bir sangat baik digunakan sebagai ransum ternak sapi perah. Di Jawa Barat ampas bir telah banyak dan sudah biasa digunakan oleh peternak sebagai makanan ternak sapi potong untuk proses penggemukan. Di Taiwan ampas tahu digunakan sebagai pakan sapi perah mencapai 2-5 kg per ekor per hari (Heng-Chu, 2004), sedangkan di Jepang penggunaan ampas tahu untuk pakan ternak terutama sapi dan babi dapat mencapai 70% (Amaha, et al., 1996).

Penelitian telah dilakukan pada domba oleh Pulungan, dkk., (1984), di mana ternak percobaannya diberi ransum perlakuan (A) rumput lapangan (ad libitum), (B) rumput lapangan (ad libitum) + ampas bir 1,25% BB, (C) rumput lapangan (ad libitum) + ampas tahu 2,5% BB, (D) rumput lapangan (ad libitum) + ampas bir (ad libitum). Hasil yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa domba yang mendapat rumput berkualitas rendah, ampas bir dapat diberikan sebagai ransum penggemukan dan dapat diberikan secara tak terbatas.
Knipscheer et al. (1983) melakukan penelitian pada kambing dan menyimpulkan bahwa pemberian ampas tahu dapat memberikan keuntungan dalam usaha peternakan kambing atau domba yang dipelihara secara intensif.

Ampas tahu merupakan sumber protein yang mudah terdegradasi di dalam rumen (Suryahadi, 1990) dengan laju degradasi sebesar 9,8% per jam dan rataan kecepatan produksi N-amonia nettonya sebesar 0,677 mM per jam (Sutardi, 1983). Penggunaan protein ampas tahu diharapkan akan lebih tinggi bila dilindungi dari degradasi dalam rumen (Suryahadi, 1990).

Penelitian yang dilakukan Karimullan (1991) menunjukkan bahwa perlindungan ampas tahu dengan tanin menurunkan kadar amonia cairan rumen, hal ini berarti bahwa pemanfaatan protein ampas tahu dapat secara langsung digunakan oleh induk semang tanpa mengalami degradasi oleh mikroba rumen (protein by pass). Namun demikian perlindungan ini juga menyebabkan kadar VFA menurun dan diikuti pula dengan penurunan bakteri dan protozoa rumen. Kemungkinan besar karena pasokan nutrien ampas tahu, begitu pula dengan protozoa tidak cukup suplai bakteri dan nutriennya bagi kebutuhan untuk pertumbuhannya akibat perlindungan ampas tahu tersebut oleh tannin gambir.

2.5 Strategi
Penggunaan ampas bir sangat berguna sebagai pakan tambahan, dimana dari ampas bir ini peternak tidak perlu khawatir dengan harga pakan tambahan yang tinggi. Hal ini sebagai alternative pengganti bungkil dan bahan pakan lain yang dapat digantikan oleh ampas bir.






BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN


3.1 Kesimpulan
Dari studi literatur yang dilanjutkan dengan hasil pembahasan maka dapat ditarik beberapa kesimpulan :

  1. Ampas bir memiliki nilai nutrisi yang baik dan digolongkan ke dalam bahan pakan sebagai sumber protein.
  2. Ampas bir apabila diolah dan diawetkan, baik secara kering maupun secara basah dapat dimanfaatkan dan disimpan dalam waktu yang cukup lama.
  3. Ampas bir digunakan sebagai ransum memberikan pengaruh yang baik terhadap performans ternak ruminansia.
  4. Ampas bir apabila diproteksi dengan tannin dalam rumen akan tanah terhadap degradasi, hal ini dicerminkan dengan menurunnya konsentrasi VFA NH3, bakteri, dan protozoa rumen.

3.2 Saran
Perlu ada penelitian lebih lanjut tentang pemanfaatan limbah ampas bir dalam penggunaan ampas bir sebagai bahan pakan tambahan bagi ternak.










DAFTAR PUSTAKA

Amaha, K., Y. Sasahi, and T. Segawa. 1996. Utilization of Tofu (Soybean Curd) By-Product as Feed for Cattle. http// www.agnet.org. Arianto, B.D. 1983. Pengaruh Tingkat Pemberian Ampas bir Sebagai terhadap Potongan Karkas Komersial Broiler Betina Strain Hybro umur 6 Minggu. Karya Ilmiah. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Badan Pusat Statistik. 2002. Statistik Peternakan, Jakarta. http//www.bps. CuIlison, E.A. 1978. Feeds and Feeding. Prentice Hall of India Private Limited. New Dehli.

Dinas Peternakan Propinsi Jawa Barat. 1999. Uji Coba Pembuatan Silase Ampas bir. Brosur. Fardiaz, D dan Markakis. 1981. Degradation of Phytic Acid -in Oncom (Fermented Peanut Press Cake). J. Food. Sci. 46:523.

IMALOSITA-IPB. 1981. Studi Pemanfaatan Limbah bir. Fakultas Teknologi Pertanian Bogor, Bogor.

Karimullah. 1991. Penggunaan Ampas bir dengan Gambir Sebagai Pelindung Degradasi Protein Untuk Bahan Baku Pellet Ransum Komplit Ditinjau Berdasarkan Metabolisme dan Populasi Mikroba Rumen. Karya Ilmiah. lnstitut Pertanian Bogor.

Robards and L.G. Packlam. Prabowo, A., D. Samaih dan M. Rangkuti. 1993. Pemanfaatan ampas bir sebagai makanan tambahan dalam usaha penggemukan domba potong. Proceeding Seminar 1983. Lembaga Kimia Nasional-LIPI, Bandung.

Pulungan, H., J.E. Van Eys, dan M. Rangkuti. 1984. Penggunaan ampas bir sebagai makanan tambahan pada domba lepas sapih yang memperoleh rumput lapangan. Balai Perielitian Ternak, Sogor. 1(7): 331-335.

Kerley, M.S., 2000. Feeding For Enhancing Rumen Function. Departement of Animal Sciences, University of MissouriColumbia, USA. Bahan diambil dari Internet.

Sampath, K.T., 1990. Rumen Degradable Protein And Undegradable Crude Protein Content of Feeds and Fooders- A Review. Indian j.dairy.Sci. 43 :1-10.

Teleni, E., Campbell, R.S.F. and Hoffmann,D., 1993. Draught Animal Systems And Management: An Indonesia study. ACIAR Monograph No.19. Printed by Price Printers, Canberra, Australia.

BUDIDAYA AYAM RAS PEDAGING


BUDIDAYA AYAM RAS PEDAGING

Adijaya Tangkas


1.    SEJARAH SINGKAT
       Ayam ras pedaging disebut juga broiler, yang merupakan jenis ras unggulan hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi, terutama dalam memproduksi daging ayam. Sebenarnya ayam broiler ini baru populer di Indonesia sejak tahun 1980-an dimana pemegang kekuasaan mencanangkan panggalakan konsumsi daging ruminansia yang pada saat itu semakin sulit keberadaannya. Hingga kini ayam broiler telah dikenal masyarakat Indonesia dengan berbagai kelebihannya. Hanya 5-6 minggu sudah bisa dipanen. Dengan waktu pemeliharaan yang relatif singkat dan menguntungkan, maka banyak peternak baru serta peternak musiman yang bermunculan diberbagai wilayah Indonesia.

2.    SENTRA PETERNAKAN
       Ayam telah dikembangkan sangat pesat disetiap negara. Di Indonesia usaha ternak ayam pedaging juga sudah dijumpai hampir disetiap propinsi

3.    J E N I S
       Dengan berbagai macam strain ayam ras pedaging yang telah beredar dipasaran, peternak tidak perlu risau dalam menentukan pilihannya. Sebab
semua jenis strain yang telah beredar memiliki daya produktifitas relatif sama.
Artinya seandainya terdapat perbedaan, perbedaannya tidak menyolok atau sangat kecil sekali. Dalam menentukan pilihan strain apa yang akan dipelihara, peternak dapat meminta daftar produktifitas atau prestasi bibit yang dijual di Poultry Shoup. Adapun jenis strain ayam ras pedaging yang banyak beredar di pasaran adalah: Super 77, Tegel 70, ISA, Kim cross, Lohman 202, Hyline, Vdett, Missouri, Hubbard, Shaver Starbro, Pilch, Yabro, Goto, Arbor arcres, Tatum, Indian river, Hybro, Cornish, Brahma, Langshans, Hypeco-Broiler, Ross, Marshall”m”, Euribrid, A.A 70, H&N, Sussex, Bromo, CP 707.

4.    MANFAAT
            Manfaat beternak ayam ras pedaging antara lain, meliputi:
1)  penyediaan kebutuhan protein hewani
2)  pengisi waktu luang dimasa pensiun
3)  pendidikan dan latihan (diklat) keterampilan dikalangan remaja
4)  tabungan di hari tua
5)  mencukupi kebutuhan keluarga (profit motif)

5.    PERSYARATAN LOKASI
     1)    Lokasi yang cukup jauh dari keramaian/perumahan penduduk.
2)  Lokasi mudah terjangkau dari pusat-pusat pemasaran.
3)  Lokasi terpilih bersifat menetap, artinya tidak mudah terganggu oleh keperluan-keperluan lain selain untuk usaha peternakan.

6.    PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
            Sebelum usaha beternak dimulai, seorang peternak wajib memahami 3 (tiga) unsur produksi yaitu: manajemen (pengelolaan usaha peternakan), breeding (pembibitan) dan feeding (makanan ternak/pakan)
6.1.      Penyiapan Sarana dan Peralatan
  1. Perkandangan
    Sistem perkandangan yang ideal untuk usaha ternak ayam ras meliputi: persyaratan temperatur berkisar antara 32,2-35 derajat C, kelembaban berkisar antara 60-70%, penerangan/pemanasan kandang sesuai dengan aturan yang ada, tata letak kandang agar mendapat sinar matahari pagi dan tidak melawan arah mata angin kencang, model kandang disesuaikan dengan umur ayam, untuk anakan sampai umur 2 minggu atau 1 bulan memakai kandang box, untuk ayam remaja ± 1 bulan sampai 2 atau 3 bulan memakai kandang box yang dibesarkan dan untuk ayam dewasa bisa dengan kandang postal atapun kandang bateray. Untuk kontruksi kandang tidak harus dengan bahan yang mahal, yang penting kuat, bersih dan tahan lama.
  2. Peralatan
a.  Litter (alas lantai)
Alas lantai/litter harus dalam keadaan kering, maka tidak ada atap yang bocor dan air hujan tidak ada yang masuk walau angin kencang. Tebal litter setinggi 10 cm, bahan litter dipakai campuran dari kulit padi/sekam dengan sedikit kapur dan pasir secukupnya, atau hasi serutan kayu dengan panjang antara 3–5 cm untuk pengganti kulit padi/sekam.
b. Indukan atau brooder
Alat ini berbentuk bundar atau persegi empat dengan areal jangkauan 1-3 m dengan alat pemanas di tengah. Fungsinya seperti induk ayam yang menghangatkan anak ayamnya ketika baru menetas.
c.  Tempat bertengger (bila perlu)
Tempat bertengger untuk tempat istirahat/tidur, dibuat dekat dinding dan diusahakan kotoran jatuh ke lantai yang mudah dibersihkan dari luar. Dibuat tertutup agar terhindar dari angin dan letaknya lebih rendah dari tempat bertelur.
d. Tempat makan, minum dan tempat grit
Tempat makan dan minum harus tersedia cukup, bahannya dari bambu, almunium atau apa saja yang kuat dan tidak bocor juga tidak berkarat.
Untuk tempat grit dengan kotak khusus
e.  Alat-alat rutin
Alat-alat rutin termasuk alat kesehatan ayam seperti: suntikan, gunting operasi, pisau potong operasi kecil, dan lain-lain.
  1.  

6.2.      Pembibitan
Ternak yang dipelihara haruslah memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a) ternak sehat dan tidak cacat pada fisiknya
b) pertumbuhan dan perkembangannya normal
c) ternak berasal dari pembibitan yang dikenal keunggulannya.
d) tidak ada lekatan tinja di duburnya.
  1. Pemilihan Bibit dan Calon Induk
    Ada beberapa pedoman teknis untuk memilih bibit/DOC (Day Old Chicken)/ayam umur sehari:
a.  Anak ayam (DOC ) berasal dari induk yang sehat.
b. Bulu tampak halus dan penuh serta baik pertumbuhannya .
c.  Tidak terdapat kecacatan pada tubuhnya.
d. Anak ayam mempunyak nafsu makan yang baik.
e.  Ukuran badan normal, ukuran berat badan antara 35-40 gram.
f.  Tidak ada letakan tinja diduburnya.
  1.  
3.                             Perawatan Bibit dan Calon Induk
Dilakukan setiap saat, bila ada gejala kelainan pada ternak supaya segera diberi perhatian secara khusus dan diberikan pengobatan sesuai petunjuk Dinas Peternakan setempat atau dokter hewan yang bertugas di daerah yang bersangkutan.

6.3.      Pemeliharaan
  1. Pemberian Pakan dan Minuman
    Untuk pemberian pakan ayam ras broiler ada 2 (dua) fase yaitu fase starter (umur 0-4 minggu) dan fase finisher (umur 4-6 minggu).
a.         Kualitas dan kuantitas pakan fase starter adalah sebagai berikut:
-   kualitas atau kandungan zat gizi pakan terdiri dari protein 22-24%, lemak 2,5%, serat kasar 4%, Kalsium (Ca) 1%, Phospor (P) 0,7-0,9%, ME 2800-3500 Kcal.
-   kuantitas pakan terbagi/digolongkan menjadi 4 (empat) golongan yaitu minggu pertama (umur 1-7 hari) 17 gram/hari/ekor, minggu kedua (umur 8-14 hari) 43 gram/hari/ekor, minggu ke-3 (umur 15-21 hari) 66 gram/hari/ekor dan minggu ke-4 (umur 22-29 hari) 91 gram/hari/ekor.
Jadi jumlah pakan yang dibutuhkan tiap ekor sampai pada umur 4 minggu sebesar 1.520 gram.

b.         Kualitas dan kuantitas pakan fase finisher adalah sebagai berikut:
-   kualitas atau kandungan zat gizi pakan terdiri dari protein 18,1-21,2%; lemak 2,5%, serat kasar 4,5%, kalsium (Ca) 1%, Phospor (P) 0,7-0,9% dan energi (ME) 2900-3400 Kcal.
-   kuantitas pakan terbagi/digolongkan dalam empat golongan umur yaitu: minggu ke-5 (umur 30-36 hari) 111 gram/hari/ekor, minggu ke-6 (umut 37-43 hari) 129 gram/hari/ekor, minggu ke-7 (umur 44-50 hari) 146 gram/hari/ekor dan minggu ke-8 (umur 51-57 hari) 161 gram/hari/ekor. Jadi total jumlah pakan per ekor pada umur 30-57 hari adalah 3.829 gram.

  1. Pemberian minum disesuaikan dangan umur ayam yang dikelompokkan dalam 2 (dua) fase yaitu:
a.  Fase starter (umur 1-29 hari), kebutuhan air minum terbagi lagi pada masing-masing minggu, yaitu minggu ke-1 (1-7 hari) 1,8 lliter/hari/100 ekor; minggu ke-2 (8-14 hari) 3,1 liter/hari/100 ekor, minggu ke-3 (15-21 hari) 4,5 liter/hari/100 ekor dan minggu ke-4 (22-29 hari) 7,7 liter/hari/ekor. Jadi jumlah air minum yang dibutuhkan sampai umur 4 minggu adalah
sebanyak 122,6 liter/100 ekor. Pemberian air minum pada hari pertama hendaknya diberi tambahan gula dan obat anti stress kedalam air minumnya. Banyaknya gula yang diberikan adalah 50 gram/liter air.
b.  Fase finisher (umur 30-57 hari), terkelompok dalam masing-masing minggu yaitu minggu ke-5 (30-36 hari) 9,5 liter/hari/100 ekor, minggu ke-6 (37-43 hari) 10,9 liter/hari/100 ekor, minggu ke-7 (44-50 hari) 12,7 liter/hari/100 ekor dan minggu ke-8 (51-57 hari) 14,1 liter/hari/ekor. Jadi total air minum 30-57 hari sebanyak 333,4 liter/hari/ekor.
  1.  
4.                             Pemeliharaan Kandang
Kebersihan lingkungan kandang (sanitasi) pada areal peternakan merupakan usaha pencegahan penyakit yang paling murah, hanya dibutuhkan tenaga yang ulet/terampil saja. Tindakan preventif dengan memberikan vaksin pada ternak dengan merek dan dosis sesuai catatan pada label yang dari poultry shoup. Agar bangunan kandang dapat berguna secara efektif, maka bangunan kandang perlu dipelihara secara baik yaitu kandang selalu dibersihkan dan dijaga/dicek apabila ada bagian yang rusak supaya segera disulam/diperbaiki kembali. Dengan demikian daya guna kandang bisa maksimal tanpa mengurangi persyaratan kandang bagi ternak yang dipelihara.




7.    HAMA DAN PENYAKIT
            7.1.      Penyakit
1.  Berak darah (Coccidiosis)
Gejala: tinja berdarah dan mencret, nafsu makan kurang, sayap terkulasi, bulu kusam menggigil kedinginan.
Pengendalian: (1) menjaga kebersihan lingkungaan, menjaga litter tetap kering; (2) dengan Tetra Chloine Capsule diberikan melalui mulut; Noxal, Trisula Zuco tablet dilarutkan dalam air minum atau sulfaqui moxaline, amprolium, cxaldayocox.
2.  Tetelo (NCD/New Casstle Diseae)
Gejala: ayam sulit bernafas, batuk-batuk, bersin, timbul bunyi ngorok, lesu, mata ngantuk, sayap terkulasi, kadang berdarah, tinja encer kehijauan yang spesifik adanya gejala “tortikolis”yaitu kepala memutar-mutar tidak menentu dan lumpuh.
Pengendalian: (1) menjaga kebersihan lingkungan dan peralatan yang tercemar virus, binatang vektor penyakit tetelo, ayam yang mati segera dibakar/dibuang; (2) pisahkan ayam yang sakit, mencegah tamu masuk areal peternakan tanpa baju yang mensucihamakan/ steril serta melakukan vaksinasi NCD. Sampai sekarang belum ada obatnya.

7.2.      Hama
1.  Tungau (kutuan)
Gejala: ayam gelisah, sering mematuk-matuk dan mengibas-ngibaskan bulu karena gatal, nafsu makan turun, pucat dan kurus.
Pengendalian: (1) sanitasi lingkungan kandang ayam yang baik; pisahkan ayam yang sakit dengan yang sehat; (2) dengan menggunakan karbonat sevin dengan konsentrasi 0,15% yang encerkan dengan air kemudian semprotkan dengan menggunakan karbonat sevin dengan konsentrasi 0,15% yang encerkan dengan air kemudian semprotkan ketubuh pasien. Dengan fumigasi atau pengasepan menggunakan insektisida yang mudah menguap seperti Nocotine sulfat atau Black leaf 40.


8.    P A N E N
       8.1.           Hasil Utama
Untuk usaha ternak ayam pedaging, hasil utamanya adalah berupa daging ayam

8.2. Hasil Tambahan
Usaha ternak ayam broiler (pedaging) adalah berupa tinja atau kotoran kandang dan bulu ayam.

9.    PASCA PANEN
       9.1.           Stoving
Penampungan ayam sebelum dilakukan pemotongan, biasanya ditempatkan di kandang penampungan (Houlding Ground)
9.2. Pemotongan
Pemotongan ayam dilakukan dilehernya, prinsipnya agar darah keluar keseluruhan atau sekitar 2/3 leher terpotong dan ditunggu 1-2 menit. Hal ini agar kualitas daging bagus, tidak mudah tercemar dan mudah busuk.
9.3. Pengulitan atau Pencabutan Bulu
Caranya ayam yang telah dipotong itu dicelupkan ke dalam air panas (51,7- 54,4 derajat C). Lama pencelupan ayam broiler adalah 30 detik. Bulu-bulu yang halus dicabut dengan membubuhkan lilin cair atau dibakar dengan nyala api biru.
9.4. Pengeluaran Jeroan
Bagian bawah dubut dipotong sedikit, seluruh isi perut (hati, usus dan ampela) dikeluarkan. Isi perut ini dapat dijual atau diikut sertakan pada daging siap dimasak dalam kemasan terpisah.
9.5. Pemotongan Karkas
Kaki dan leher ayam dipotong. Tunggir juga dipotong bila tidak disukai. Setelah semua jeroan sudah dikeluarkan dan karkas telah dicuci bersih, kaki ayam/paha ditekukan dibawah dubur. Kemudian ayam didinginkan dan dikemas.

10.  ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TANAMAN
            10.1.    Analisis Usaha Budidaya
Dasar perhitungan biaya yang dikeluarkan dan pendapatan yang diperoleh dalam analisis ini, antara lain adalah:
a.  jenis ayam yang dipelihara adalah jenis ayam ras pedaging (broiler) dari strain CP.707.
b.  sistem pemeliharaan yang diterapkan dengan cara intensif pada kandang model postal
c.  luas tanah yang digunakan yaitu 200 m2 dengan nilai harga sewa tanah dalam 1 ha/tahun adalah Rp 1.000.000,-.
d.  kandang terbuat dari kerangka bambu, lantai tanah, dinding terbuat dari bilah-bilah bambu denga alas dinding setinggi 30 cm, terbuat dari batu bata yang plester dan atap menggunakan genting.
e.  ukuran kandang, yaitu tinggi bagian tepinya 2,5 m, lebar kandang 5 m dan lebar bagian tepi kandang 1,5 m.
f.   lokasi peternakan dekat dengan sumber air dan listrik.
g.  menggunakan alat pemanas (brooder) gasolec dengan bahan bakar gas.
h.  penerangan dengan lampu listrik.
i.   umur ayam yaitu dimulai dari bibit yang berumur 1 hari
j.   litter/alas kandang menggunakan sekam padi.
k.  jenis pakan yang diberikan adalah BR-1 untuk anak ayam umur 0-4 minggu dan BR-2 untuk umur 4-6 minggu.
l.   tingkat kematian ayam diasumsikan 6%.
m. lama masa pemeliharaan yaitu 6 minggu (42 hari).
n.  berat rata-rata per ekor ayam diasumsikan 1,75 kg berat hidup pada saat panen.
o.  harga ayam per kg berat hidup, yaitu diasumsikan Rp 2500,-, walau kisaran harga sampai mencapai Rp 3000,- ditingkat peternak/petani.
p.  ayam dijual pada umur 6 mingu atau 42 hari.
q.  nilai pupuk kandang yaitu Rp 60.000,-.
r.   bunga Bank yaitu 1,5%/bulan
s.  nilai penyusutan kandang diperhitungkan dengan kekuatan masa pakai 6 tahun dan nilai penyusutan peralatan diperhitungkan dengan masa pakai 5 tahun.
t.   perhitungan analisis biaya ini hanya diperhitungkan sebagai Pedoman dasar, karena nilai/harga sewaktu-waktu dapat mengalami perubahan.

Adapun rincian biaya produksi dan modal usaha tani adalah sebagai berikut :
1) Biaya prasarana produksi
a.  Sewa tanah 200 m2 selama 2 bulan Rp. 20.000,-         
b.  Kandang ukuran 20 x 5 m
- Bambu 180 batang @ Rp 1250,
- Semen 4 zak @ Rp 7000,
- Kapur 30 zak @ Rp 6000,
- Genting 2600 bh @ Rp 90,
- Paku reng 5 kg @ Rp 2000,
- Paku usuk 7000 kg @ Rp 1800,
- Batu bata 1000 buah @ Rp 55,
- Pasir 1 truk
- Tali 28 meter @ Rp 5000,
- Tenaga kerja                                                                
Rp. 225.000,-
Rp. 28.000,-
Rp. 18.000,-
Rp. 234.000,-
Rp. 10.000,-
Rp. 12.600,-
Rp. 55.000,-
Rp. 230.000,-
Rp. 14.000,-
Rp. 400.000,-
c.  Peralatan
- Tempat pakan 28 bh @ Rp 5000,
- Tempat minum 32 bh @ Rp 3880,
- Sekop 1 bh
- Ember 2 bh @ Rp 2000,
- Tong bak air 1 bh
- Ciduk 2 bh @ Rp 500,
- Tabung gas besar 1 bh
- Thermometer 1 bh
- Regulator 1 bh
- Brooder (gasolec) 1 bh
- Tali gantung tmp pakan 120 m @Rp 500,-                   
Rp. 140.000,-
Rp. 124.000,-
Rp. 7.000,-
Rp. 4.000,-
Rp. 15.000,-
Rp. 1.000,-
Rp. 250.000,-
Rp. 2.000,-
Rp. 52.500,-
Rp. 15.000,-
Rp. 60.000,-
     Jumlah biaya prasarana produksi                           Rp. 2.052.000,-

2) Biaya sarana produksi
a.  Bibit DOC 1000 bh @ Rp 900,-                                Rp. 900.000,-
b.  Pakan dan obat-obatan
- BR-1 31 zak (0-4 minggu) @Rp 36.000,
- BR-2 34 zak (4-6 mingu) @ Rp 34.000,
- obat-obatan @ Rp 150,-/ekor                                     
Rp. 1.116.000,-
Rp. 1.156.000,-
Rp. 150.000,-
c.  tenaga kerja pelihara 1,5 bln @ Rp 105.000,-             Rp. 157.500,-
d.  Lain-lain
- sekam padi alas kandang 1 truk @Rp 60.000,-
- karung goni bekas 32 kantong @ Rp 300,-
- pemakaian listrik selama 0-6 minggu
- pemakaian gas                                                              Rp. 10.000,-
Rp. 60.000,-
Rp. 2.400,-
Rp. 7.000,-
Rp. 35.000,-
     Jumlah biaya prasarana produksi                           Rp. 3.583.900,-

3) Biaya produksi
a.  Sewa tanah 200 m2 selama 2 bulan                            Rp. 20.000,-
b.  Nilai susut prasarana produksi/2 bln
- kandang
- Peralatan Rp 805.660,- : 30                                        
Rp. 51.109,-
Rp. 26.856,-
c.  Bibit DOC 1000 ekor                                                Rp. 900.000,-
d.  Pakan dan obat-obatan                                              Rp. 2.422.000,-
e.  Tenaga kerja                                                              Rp. 157.500,-
f.   lain-lain                                                                      Rp. 104.400,-
g.  Bunga modal 1,5% per bulan                                     Rp. 84.543,-
h.  Bulan modal 1,5 bulan                                                Rp. 126.815,-
     Jumlah biaya prasarana produksi                          Rp. 3.808.680,-

4) Pendapatan
a.  Total produksi 1000X94%X1,75 kg X Rp 2500,-     Rp. 4.112.500,-
b.  Nilai Pupuk kandang                                                  Rp. 60.000,-
c.  Jumlah pendapatan                                                     Rp. 4.172.500,-
d.  Keuntungan                                                               Rp. 363.820,-

5) Parameter kelayakan usaha
a.  BEP Volume Produksi                                               = 870 ekor
b.  BEP Harga Produksi                                                  Rp. 3.316.000,-
c.  B/C Ratio                                                                  = 1,09
d.  ROI                                                                           = 6,45 %
e.  Rasio keuntungan terhadap pendapatan                      = 8,71 %
f.   Tingkat pengembalian modal                                      = 2,6 th.

10.2. Gambaran Peluang Agribisnis
Prospek agribisnis peternakan untuk ternak ayam broiler cukup baik dimana permintaan pasar selalu meningkat, sejalan dengan kesadaran masyarakat akan pentingnya gizi hewani. Produksi ternak ayam broiler saat ini berkembang dengan pesat dan peluang pasar yang bisa dihandalkan.

11.  DAFTAR PUSTAKA
      1.   Muhammad Rasyaf, Dr.,Ir. Beternak Ayam Pedaging. Penerbit Penebar Swadaya (anggota IKAPI) Jakarta.
2.   Cahyono, Bambang, Ir.1995. Cara Meningkatkan Budidaya Ayam Ras Pedaging (Broiler). Penerbit Pustaka Nusatama Yogyakarta.

12.       KONTAK HUBUNGAN
1.   Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan – BAPPENAS
Jl.Sunda Kelapa No. 7 Jakarta, Tel. 021 390 9829 , Fax. 021 390 9829
2.   Kantor Menteri Negara Riset dan Teknologi, Deputi Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Iptek, Gedung II BPPT Lantai 6, Jl. M.H.Thamrin No. 8, Jakarta 10340, Indonesia, Tel. +62 21 316 9166~69, Fax. +62 21 310 1952, Situs Web: http://www.ristek.go.id

        
       Sumber :
Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan, Bappenas